EVALUASI
A. Tes KoreksiBahwa kriteria tes yang baik adalah apabila tes yang disusun memiliki karakteristik tes yang baik, yaitu valid ( validitas isi, konstruk, maupun face validity ), reliable, dan praktis. Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, maka tes yang disusun benar-benar mampu mengukur yang seharusnya diukur. Permasalahannya adalah seringkali tes yang disusun itu kurang memperhatikan unsur validitas dan reliabilitasnya. Implikasinya, sering dijumpai bahwa tes yang disusun terlalu sulit atau terlalu mudah, atau bahkan tes yang disusun tidak mencerminkan kemampuan yang seharusnya diukur.
Untuk menghasilkan suatu tes yang valid dan reliable, maka pembuat tes atau guru dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama adalah tahap persiapan. Pada tahap ini guru atau pembuat tes melakukan kajian terhadap kurikulum bahasa Arab dan buku pedoman pelaksanaan kurikulum untuk mata pelajaran bahasa Arab. Apabila kurukulum dijadikan sandaran adalah kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi, maka substansi yang dikaji meliputi kompetensi dasar, indicator, hasil, topic-topik bahasan, penilaian, dan alokasi waktu yang tersedia.
Tahap kedua adalah pemilihan materi tes. Untuk menetapkan materi tes bahasa Arab yang benar-benar fixed dan selektif dapat dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut. (a) manentukan komponen dan keterampilan berbahasa yang akan diteskan, misalnya tes kosa kata, struktur, membaca, menulis atau tes berbicara. (b) menentukan pokok bahasan yang akan diteskan secara representative ( tidak bias dan tidak atas dasar subjektifitas penyusun tes ).
Tahap ketiga adalah menentukan bentuk dan jenis tes. Sebagaimana telah dikemukakan, tes komponen bahasa dan kemampuan berbahasa dapat disusun dalam bentuk subjektif dan atau objektif dengan segala variasinya atau jenisnya ( kecuali tes keterampilan berbicara yang memiliki perlakuan khusus ). Dengan ungkapan lain, tes yang disusun dapat berbentuk objektif dengan jenis pilihan ganda dan atau salah benar atau dapat pula berbentuk subjektif ( esai ).
Tahap keempat menentukan jumlah butir tes. Perihal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah butir tes adalah alokasi waktu yang tersedia untuk penyelenggaraan tes. Untuk menentukan beberapa jumlah butir tes yang harus disusun sesuai dengan waktu yang tersedia memang tidak ada batasan yang pasti. Akan tetapi, guru dengan nalurinya yang mengetahui kondisi objektif siswanya akan dapat menentukan jumlah butir tes yang sesuai dengan waktu yang tersedia. Berkaitan dengan hubungan penentuan jumlah butir tes dan alokasi waktu yang tersedia, seorang guru atau pembuat tes perlu juga memperhatikan bentuk tesnya itu sendiri. Sudah barang tentu waktu yang digunakan untuk menjawab soal dalam bentuk esai lebih banyak daripada untuk menjawab soal dalam bentuk pilihan ganda atau salah-benar.
Tahap kelima adalah menentukan skor. Apabila jumlah butir tes sebanyak 40 ( pilihan ganda ) dengan skor tertinggi 100 dan semua butir tes diberi bobot skor sama, maka skor untuk jawaban yang benar pada setiap butir tes adalah 2,5.
Tahap keenam adalah membuat kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan panduan bagi guru dalam menyusun atau mengembangkan suatu tes. Ibarat orang yang sedang melaut, kisi-kisi merupakan kompasnya, sehingga dia mengetahui posisi dia berada. Demikian pula, seorang guru atau pembuat tes akan dapat menghasilkan tes yang berkualitas sesuai dengan arah tujuannya apabila dipedomani oleh sebuah kisi-kisi. Tanpa adanya kisi-kisi yang jelas, maka sulit bagi guru atau pembuat tes dapat menghasilkan suatu tes yang memenuhi criteria tes yang baik, yaitu suatu tes yang valid dan reliabel.
Tahap ketujuh adalah menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi. Dalam penyusunan butir soal ini, ada rambu-rambu yang sebaiknya diperhatikan oleh guru atau pembuat tes, yaitu: (a) bahasa yang digunakan jelas dan lugas, (b) stem ( pernyataan pokok ) pada setiap butir tes ( terutama butir tes pilihan ganda atau salah-benar ) hanya berisi satu permasalahan, (c) panjang kalimat untuk setiap option ( khusus untuk butir soal pilihan ganda ) relative sama. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya kemungkinan teste memilih option yang paling panjang sebagai jawaban yang paling benar, (d) letak jawaban yang benar ( khusus untuk butir tes pilihan ganda maupun salah-benar ) disusun secara acak ( tidak linier ). Artinya, harus dihindari letak jawaban benar yang berpola, misalnya ( dalam soal pilihan ganda ) berpola ab, ac, dan ad atau berpola aa, bb, cc, dan dd.
Tahap kedelapan adalah uji coba tes yang telah disusun. Idealnya, sebelum tes (soal) diberlakukan kepada siswa, perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah tes yang disusun itu benar-benar tes yang baik (sahih dan reliable) atau apakah tes yang disusun itu memiliki tingkat kesulitan yang normal dan benar-benar dapat membedakan kelompok teste yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah. Untuk mengetahui hal itu, maka setelah tes diujicoba dilakukanlah analisis terhadap jawaban siswa (teste). Di antara variable yang dianalisis adalah analisis tingkat kesulitan, analisis daya beda, dan analisis reliabilitas.
B. Tes essay (uraian)
Di sekolah seringkali digunakan tes buatan guru (bukan standardized test) ini disebut tes buatan guru (teacher made test) tes yang dibuat oleh guru ini terutama menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian hal yang harus dipelajari dalam hal ini kita bedakan atas dua bentuk test yaitu:
a. Tes subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai
adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Cirri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah
Soal dalam waktu kira-kira 90 s.d. 120 menit. Soal-soal bentuk esai ini menuntut Kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
Kebaikan-kebaikannya:
a) Mudah disiapkan dan disusun.
b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
Keburukan-keburukannya:
a) kadar validitas dan realibitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b) Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsure-unsur subjektif.
d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Petunjuk penyusunan:
a) hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
b) hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
c) pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
d) hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara “Jelaskan”, “Mengapa”, “Bagaimana”, “Seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
e) hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba.
f) hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini pertannyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.
Contoh;
Coba jelaskan tentang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI!
Pertanyaan ini kurang spesitif. Sebaiknya ditambah penjelasan sehingga menjadi:
Coba jelaskan tentang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang diadakan di Kantor Kabupaten tanggal 17 Agustus 1998 yang lalu, ceritakan mengenai:
a. Pengaturan tempat.
b. Pejabat dan undangan yang hadir.
c. Acara peringatan.
d. Atraksi yang disuguhkan.
e. Hidangan yang diberikan.
b. Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.
Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal.
Kebaikan-kebaikannya:
a) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representative mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
c) Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.
d) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsure subjektif yang mempengaruhi.
Kelemahan-kelemahannya:
a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
b) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d) “Kerja sama” antarasiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
Cara mengatasi kelemahan:
a) Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus-menerus hingga betul-betul mahir.
b) Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
c) Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.
c. Macam-macam Tes Objektif
a. Tes benar-salah (true-false)
Soal-soalnya berupa peryataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
Contoh;
-B-S. Tes bentuk objektif banyak memberi peluang testee untuk bermain spekulasi.
Bentuk benar-salah ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/ menjawab soal), yakni:
- Dengan pembetulan (with correction/yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
- Tanpa pembetulan (without correction/yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.
Kebaikan tes benar-salah:
a) Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
b) Mudah menyusunnya.
c) Dapat digunakan berkali-kali.
d) Dapat dilihat secara cepat dan objektif.
e) Petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti.
Keburukannya:
a) Sering membingungkan
b) Mudah ditebak/diduga.
c) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah.
d) Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali.
Petunjuk penyusunan:
a) Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
b) Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS.
c) Hindari item yang masih bisa diperdebatkan:
Contoh:
B-S. Kekayaan lebih penting daripada kepandaian.
- Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
-Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi sarana seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah, dan sebagainya.
d. Menjodohkan (matching test)
1) Pengertian
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan, Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabanya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
Contoh:
“Pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan dengan cara menempatkan huruf yang terdapat di muka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan di lajur kanan.”
a. Transmigrasi…………………………….. 1. Masuknya penduduk dari
Negara lain.
b. Imigrasi………………………………… 2. Pindahnya penduduk ke
Negara lain.
c. Emigrasi…………………………………. 3. Pindahnya penduduk dari
desa ke kota.
…………………………………………… 4. Pindahnya penduduk antar
Pulau di dalam satu
Negara.
Cara menjawabnya dapat ditulis lengkap nama kotanya misalnya:
1. Jepang dengan ibukota : Tokyo
2. Rusia dengan ibukota : Moskwa.
Tetapi dapat juga hanya menuliskan “huruf” yang ada di depan nama kota yang dipilihnya.
Misalnya:
1. Jepang dengan ibukota : (d)
2. Rusia dengan ibukota : (e).
Kiranya cara yang kedua ini adalah lebih efisien, baik dipandang dari segi guru yang akan memeriksa pekerjaan tersebut.
Bentuk matching test ini dapat pula dipandang sebagai multiple choice berganda.
2) Petunjuk penyusunan
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:
a) Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik dijadikan dua seri.
b) Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak daripada jumlah soalnya (lebih kurang 1,1/2 kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan pikirannya.
c) Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
Misalnya:
Di sebelah kiri terdapat nama kota. Di sebelah kanan terdapat nama provinsi. Coba isi titik-titik yang tersedia di sebelah kiri dengan huruf di depan nama provinsi di mana kota tersebut berada.
1. Cirebon a. Sumatera Utara
2. Demak b. Nusa Tenggara Barat
3. Pasuruan c. Kalimantan Timur
4. Lubuklinggau d. Kalimantan Barat
5. Depok e. Jawa Barat
6. Singaraja f. Sulawesi Utara
7. Balikpapan g. Jawa Tengah
8. Martapura h. Nusa Tenggara Timur
9. Gorontalo i. Sulawesi Tengah
10. Ende j. Kalimantan Selatan
k. Daerah Istimewa Yogyakarta
l. Jawa Timur
m. Bengkulu
n. Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Cara mengolah skor: dihitung bbbbbbbbb
Artinya skor terakhir dihitung jawaban yang benar saja.
e. Tes isian (completion test)
1) Pengertian
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
Contoh:
- Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun………….
- Air akan membeku pada suhu…………derajat Fahrenheit.
Ada juga Completion test yang tidak berbentuk kalimat-kalimat pendek seperti di atas, tetapi merupakan kalimat-kalimat berangkai dan memuat banyak isian.
Misalnya:
- Di mulut, makanan dikunyah dan dicampur dengan…………….
(1) yang mengandung………….. (2) berguna untuk menghancurkan………… (3) kemudian ditelan melalui…………..(4) masuk ke…………… (5) Di sini dicampur lagi dengan…………….. (6) …………………….dan seterusnya.
Jawaban-jawaban tidak perlu ditulis di tempat yang dikosongkan, sebab cara demikian akan menyukarkan pemeriksaan. Tetapi sediakanlah tempat tersendiri dengan nomor urut ke bawah. Oleh karena itu dalam membuat soal, tempat-tempat isian harus diberi nomor seperti di atas.
Contoh tempat jawaban:
1. ……………………..
2. ……………………..
3. ……………………..
4. ……………………..
5. ……………………..
6. …………………..
7. …………………..
Dengan demikian akan mempermudah dan mempercepat waktu pemeriksaan. Perlu diperhatikan bahwa dalam menyusun soal-soal melengkapi, jangan lupa memberikan “ kunci pembuka” untuk dapatnya soal-soal itu dikerjakan.
Misalnya:
…………menemukan………….pada tahun ………….
Soal di atas tidak memberikan kuni pembuka .Oleh karena itu tidak dapat dikerjakan ,atau dapat dikerjakan dengan berbagai jawaban .Tetapi dengan membubuhkan completion test,’’Columbus’’ ataupun ‘’Edison’’ di bagian muka,maka menjadi tegaslah jawabanya.
Cara scoring: S=R
(sama dengan bentuk matching ).
2. Petunjuk penyusunan
Saran –saran dalam menyunsun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut :
a) Perlu selalu di ingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihat logis .
b) Jangan mengutip kalimat /pernyataan yang tertera pada buku catatan.
c) Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d) Diusahakan hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e) Jangan mulai dengan tempat kosong .
Misalnya:
Ibu kota Indonesia ……………(lebih baik)……………adalah ibu kota Indonesia (kurang baik).
Bagaimana di gunakan tes subjektif?
Tes bentuk esai digunakan apabila:
a) Kelompok yang akan tes kecil,dan tes itu tidak akan digunakan berulang-ulang.
b) Taster(guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis.
c) Guru ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa daripada hasil yang telah dicapai.
d) Memilki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes.
2) Bilamanakah digunakan tes objektif?
a) Kelompok yang akan dites banyak dan tesnya akan digunakan lagi berkali-kali.
b) Skor yang diperoleh diperkirakan akak dapat dipercaya.
c) Guru lebih mampu menyusun tes bebtuk objektif dari pada tes bentuk esai(uraian).
d) Hanya mempunyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dengan waktu yang di gunakan untuk menyusun tes.
Pada umumnya, guru seyogianya menggunakan dua macam bentuk tes isi dalam pertandingan 3:1,yaitu 3 bagian untuk tes objektif,dan 1 bagian untuk tes uraian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar